Sabtu, 25 Januari 2014

Jangan sepelekan radang tenggorokan. Bisa kena penyakit jantung!



Demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik – apakah gerangan? 

Memang, kedua penyakit ini barangkali sangat jarang kita dengar. Tidak berarti, penyakit ini jarang terjadi, lho! ,

Apa sih dimaksud dengan demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik? 

Pada dasarnya, demam reumatik adalah penyakit peradangan (inflamasi) yang dapat timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tenggorokan (faringitis) yang tidak diobati atau tidak ditangani dengan baik. Peradangan kemudian dapat terjadi pada sendi, jantung, otak dan kulit. Nah, jika peradangan terjadi pada jantung inilah yang disebut dengan penyakit jantung reumatik. Jika sampai demam
reumatik berkembang menjadi penyakit jantung reumatik, dapat berakibat sangat berbahaya, karena selain dapat meninggalkan cacat menetap pada jantung yang akan mempengaruhi kehidupan seseorang, dapat juga menyebabkan gagal jantung yang berujung pada kematian. 

Apakah semua orang bisa terkena penyakit ini? 

Tidak juga. Demam reumatik paling sering terjadi pada usia 5 sampai 15 tahun dan sangat jarang terjadi pada usia di bawah 5 atau di atas 15 tahun, apalagi pada orang dewasa. Terlebih lagi, penyakit ini cenderung terjadi pada golongan sosial ekonomi yang lebih rendah, terutama akibat faktor kebersihan lingkungan tempat tinggal dan kondisi kesehatan secara umum dan nutrisi. Kemudian, ada pula peranan genetik di dalamnya, sehingga ada orang-orang yang memang ”berbakat” untuk mengalami demam reumatik
setelah menderita infeksi tenggorokan. ”Bakat” ini pun seringkali ditemukan pada lebih dari satu anggota dalam satu keluarga. 

Lalu, penyebabnya apa, sih? 

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, semua berawal dari infeksi tenggorokan. Infeksi tenggorokan ini seringkali terjadi akibat bakteri yang namanya streptokokus grup A. Pada semua orang, infeksi seperti ini akan menimbulkan reaksi imun atau reaksi kekebalan tubuh untuk melawan bakteri ini. Nah, pada orang-orang yang ”berbakat”, reaksi imun ini tidak hanya akan membantai si bakteri streptokokus, tetapi juga akan menyerang tubuh sendiri. Terutama pada bagian-bagian tubuh tertentu, seperti
sendi, jantung, kulit dan otak, sehingga timbul reaksi inflamasi atau peradangan. 

Apa ciri-ciri penyakit ini sehingga seseorang bisa tahu bahwa ini bukan sekedar demam biasa dan bisa segera membawanya ke dokter atau rumah sakit?

 Sesuai namanya, akan ada demam. Demam yang timbul pun tidak terlalu tinggi, paling sekitar 38°C.
Kemudian, ada keluhan radang tenggorokan yang ditandai dengan nyeri dan bisa ada batuk- batuk. Karena ini terutama menyangkut anak- anak, keluhan yang sering timbul adalah si anak tidak mau makan karena tenggorokannya
sakit. Kemudian, anak tadi mungkin batuk- batuk kecil, namun tidak disertai dengan pilek.

Beberapa tanda lain, seperti pembesaran
kelenjar getah bening di leher yang merupakan salah satu tanda infeksi tenggorokan biasanya hanya akan dikenali oleh dokter. Tanda-tanda demam reumatik biasanya timbul 2-3 minggu setelah infeksi tenggorokan bermula. Saat inilah, muncul gejala-gejala akibat peradangan yang disebabkan karena
reaksi imunologis. Yang paling sering terjadi adalah peradangan pada sendi. Sendi-sendi besar, terutama pada lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki, akan membengkak, tampak kemerahan, terasa hangat jika diraba dan dirasakan sakit oleh si anak. Seringkali, peradangan ini akan berpindah-pindah dari satu sendi ke yang lainnya, misalnya pertama sendi pada lutut, besoknya sendi pada siku, dan sebagainya. Sehingga peradangan pada sendi ini disebut poliartritis migrans, artinya radang pada banyak sendi yang berpindah-pindah. Tanda lain yang dapat timbul adalah jika penyakit ini mempengaruhi otak, sehingga terjadi gejala yang disebut chorea. 

Chorea berupa gerakan-gerakan involunter, terutama pada tangan, namun dapat terjadi juga pada kaki, wajah dan bagian-bagian tubuh lainnya.

Jadi, biasanya tangan akan bergerak-gerak, padahal si anak tidak bermaksud untuk menggerakkannya. Pada chorea yang lebih ringan, mungkin anak hanya akan mengeluhkan kesulitan untuk menulis. Nah, walaupun gejala
ini cukup ”aneh”, ini benar-benar merupakan gejala medis, jadi jangan langsung dianggap sebagai kejadian mistis yang perlu penanganan dari balian atau sejenisnya! Selain itu, chorea dapat disertai dengan perubahan tingkah laku,
misalnya anak tiba-tiba marah dan menangis tanpa alasan, dan sebagainya. Yang paling gawat dan mengkhawatirkan adalah jika sampai jantung ikut terpengaruh. Biasanya gejala yang timbul adalah sesak nafas, jantung berdebar-debar, detak jantung yang cepat, nyeri dada, dan cepat capek. Pada anak-anak yang masih lebih kecil, biasanya si anak akan cepat capek dan tidak ikut bermain dengan teman-temannya. Sedangkan anak-anak yang lebih besar, juga takkan banyak beraktivitas dan jika ditanyai biasanya akan mengakui sendiri bahwa dirinya cepat capek dan sesak nafas. Ada pula beberapa tanda lainnya, seperti nodul subkutan, yaitu bejolan-benjolan kecil di bawah kulit. Namun, karena tidak tampak jelas, biasanya ini hanya dapat ditemukan oleh dokter – itu pun tidak selalu. Tanda lain adalah ruam merah pada kulit, yang disebut eritema marginatum, namun tanda ini termasuk yang lebih jarang terjadi. Jadi, kapan anak perlu dibawa ke dokter? Pada tahap infeksi tenggorokan, sebaiknya
anak diperiksakan ke dokter jika menderita tanda-tanda infeksi tenggorokan (sakit tenggorokan dan sulit menelan) yang disertai demam, namun tanpa tanda-tanda pilek(seperti hidung berair, bersin, batuk yang parah – apalagi jika berdahak dan sebagainya). Terlebih
lagi, jika radang tenggorokan terjadi berulang atau berlangsung selama berhari-hari.

Waspadalah jika anak terkena radang
tenggorokan, karena penanganan dini dapat mencegah terjadi komplikasi. Jika sampai terjadi tanda-tanda demam
reumatik atau penyakit jantung reumatik,
terutama radang sendi yang berpindah-pindah, chorea, masalah pada jantung (ditandai dengan anak yang cepat lelah dan sesak nafas, dan sebagainya), sudah pasti konsultasi dokter sangat diperlukan. 

 Dengan gejala demam rematik yang begitu beragam, bagaimana dokter bisa
memastikan penyakitnya? Riwayat radang tenggorokan, riwayat demam rematik pada keluarga (karena kemungkinan adanya faktor
genetik), keadaan tempat tinggal (terkait status sosial ekonomi, yang terutama terkait kebersihan, banyaknya penghuni dalam rumah, keadaan nutrisi), sudah tentu meningkatkan kecurigaan dan kewaspadaan terjadinya demam
rematik. 

Kemudian, gejala-gejala demam
rematik sendiri cukup khas (meskipun dapat ditemukan pada beberapa penyakit lainnya) apalagi jika lebih dari satu ditemukan bersamaan. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai tanda-tandanya – peradangan pada sendi, perubahan suara
jantung, kelainan pada otak yang dapat dinilai dengan beberapa pemeriksaan neurologi, dan kelainan-kelainan yang dapat timbul pada kulit.

Selanjutnya, dapat diperlukan beberapa tes laboratorium, untuk membuktikan pernah terjadi infeksi streptokokus grup A dengan pemeriksaan pada darah. Elektrokardiogram dan echocardiogram merupakan dua pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan pada jantung yang mungkin dilakukan jika ada kecurigaan keterlibatan jantung. 

Sebenarnya penyakit ini bisa disembuhkan, nggak? 

Ini akan sangat tergantung penyakitnya sudah sampai pada tahap yang mana. Jika
hanya infeksi tenggorokan, tentunya bisa
disembuhkan dengan antibiotika yang
diresepkan oleh dokter. Jika sudah berlanjut
menjadi demam reumatik, dengan penangan
yang sesuai, sebagian besar gejala dapat ditangani. Peradangan pada sendi dapat
dikurangi dengan obat antiinflamasi, dan chorea
dan kelainan kulit akan hilang seiring perbaikan
kondisi secara keseluruhan, meski chorea yang
parah mungkin memerlukan obat khusus.
Sayangnya, jika sampai terjadi penyakit jantung reumatik, akan terjadi cacat permanen pada
jantung, terutama pada bagian katup jantung,
tetapi dapat juga pada otot jantung itu sendiri.
Ini tidak dapat disembuhkan dengan pemberian
obat. Terutama jika yang terkena adalah bagian
katup jantung, katup ini tidak lagi membuka dan menutup dengan baik, sehingga dapat terjadi
perubahan pada aliran darah. Akibatnya, gejala-
gejala akibat kelainan jantung akan menetap –
seperti cepat lelah, sesak nafas, berdebar-
debar, detak jantung yang cepat – dan dapat
mempengaruhi kehidupan seseorang. Jika sampai kerusakan jantung itu sangat parah,
tidak menutup kemungkinan terjadi gagal
jantung – keadaan di mana jantung tidak lagi
mampu memompa darah ke seluruh tubuh
sesuai kebutuhan – yang dapat berakibat
kematian. Pada kerusakan jantung, satu- satunya penanganan adalah melalui operasi,
misalnya dengan penggantian katup jantung,
namun biayanya sangat mahal. Mengerikan juga, ya, penyakit ini. Apakah
bisa menular dan apakah ada kiat-kiat untuk
mencegahnya? Yang namanya penyakit infeksi, umumnya pasti dapat menular. Dan
memang, infeksi tenggorokan dapat menular,
terutama pada kondisi tempat tinggal yang
kurang bersih dengan banyak penghuni dan
kondisi kesehatan yang kurang optimal dengan
status gizi yang kurang baik. Sedangkan demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, biasanya terjadi pada orang-orang
yang ”berbakat” – sehingga seringkali
ditemukan dan kondisi tubuhnya tidak terlalu
optimal. Jadi, intinya adalah menjaga kesehatan tubuh secara optimal dan
mengupayakan deteksi dini, dengan cara
secepatnya memeriksakan anak ke dokter
sesuai dengan gejala yang disebut di atas. Soal nutrisi, adakah makanan khusus yang
perlu dihindari anak-anak untuk mencegah
penyakit ini atau membuatnya semakin
parah? Selalu penting untuk memberikan makanan yang sehat, bersih, seimbang kepada
anak – selain memberikannya dengan jadwal
yang teratur; pagi, siang dan sore/malam.
Untuk demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik, tidak ada diet khusus yang perlu
diikuti. Terlebih lagi, anak yang memang terkena penyakit ini biasanya perlu perawatan di
rumah sakit, di mana tentunya makanan sudah
diatur sesuai kebutuhan. Yang penting untuk
diperhatikan adalah bahwa banyak makanan
dapat dihindari untuk mencegah terjadinya
radang tenggorokan. Ini terutama terkait makanan yang terlalu manis, banyak pewarna,
banyak zat penyedap rasa, dan zat-zat aditif
lainnya, karena cenderung mengiritasi
tenggorokan. Sebaiknya, awasi makanan anak
saat jajanan, dan substitusi camilan dengan
buah-buahan bila mungkin. Apakah hambatan yang sering ditemui oleh
para dokter dalam menangani penyakit ini? Demam reumatik, terlebih jika mengenai
jantung, dalam pengobatannya memerlukan bed
rest (tirah baring) total selama beberapa
minggu. Hal ini akan sangat sulit dicapai jika
dilakukan di rumah, karena kondisi perawatan
yang tidak optimal, dan belum tentu ada orang di rumah yang dapat menemani dan merawat si
anak yang sakit. Karena itu, istirahat yang lama
itu perlu dilakukan di rumah sakit – terutama
untuk monitoring perubahan yang terjadi pada kondisi anak, khususnya jika kondisinya
memburuk karena penyakit yang mempengaruhi
kemampuan jantungnya untuk memompa
darah. Sayangnya, begitu kondisi anak mulai
membaik, sebagian besar orang tidak ingin
melanjutkan perawatan anaknya di rumah sakit, dan pada akhirnya dibawa pulang. Masalahnya,
dengan perawatan di rumah, anak mungkin saja
lolos dari pengawasan dan pergi bermain,
membuat dirinya terlalu capek, dan justru
memperparah kondisi jantungnya. Kadang,
memang keadaan jantung si anak memburuk karena dipengaruhi penyakit, namun ini tidak
disadari oleh orang tuanya. Akibatnya dapat
sangat mempengaruhi hidup si anak. Ada, tidak, pesan khusus tentang demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik? Pertama, jagalah keadaan tempat tinggal yang
optimal dan berikan nutrisi yang baik dan
seimbang pada anak. Kemudian, penting pula
untuk tidak menyepelekan sakit tenggorokan
pada anak, terutama jika berkelanjutan atau
berulang. Ingatlah selalu penyakit yang dapat menjadi kelanjutannya jika dibiarkan. Jika anak
terdiagnosis demam reumatik atau penyakit
jantung reumatik, bersiaplah untuk membiarkan
anak dirawat inap untuk waktu yang cukup
lama. Tidak memenuhi perawatan seperti ini,
dapat berakibat sangat buruk, terutama terhadap kesehatan jantung.

Kamis, 23 Januari 2014

Apasih Angin Duduk itu?

Jangan keluar malem nanti kena angin duduk, kata itu mungkin masih ada dengar di beberapa kalangan masyarakat. Berikut penjelasan apasih sebenarnya angin duduk itu.


Angina pektoris atau dikenal masyarakat angin duduk adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu iskemik miokard tanpa adanya infark. 

Klasifikasi klinis angina pada dasarnya berguna untuk mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Walaupun patogenesa angina mengalami perubahan dari tahun ke tahun, akan tetapi pada umumnya dapat dibedakan 3 tipe angina:

  1. Classical effort angina (angina klasik)
    Pada nekropsi biasanya didapatkan aterosklerosis koroner. Pada keadaan ini, obstruksi koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu istirahat. Akan tetapi bila kebutuhan aliran darah melebihi jumlah yang dapat melewati obstruksi tersebut, akan tetapi iskemik dan timbul gejala angina. Angina pektoris akan timbul pada setiap aktifitas yang dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah dan atatus inotropik jantung sehingga kebutuhan O
    2 akan bertambah seperti pada aktifitas fisik, udara dingin dan makan yang banyak.

  2. Variant angina (angina Prinzmetal)
    Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat penurunan suplai O
    2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru menunjukkan terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit maupun yang normal. Peningkatan obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran darah arteri koroner.

  3. Unstable angina (angina tak stabil / ATS)
    Istilah lain yang sering digunakan adalah Angina preinfark, Angina dekubitus, Angina kresendo. Insufisiensi koroner akut atau Sindroma koroner pertengahan. Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang dapat berubah seperti keluhan yang bertambah progresif, sebelumnya dengan angina stabil atau angina pada pertama kali. Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja. Pada patologi biasanya ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri tersendiri.

    Pada makalah ini terutama akan dibicarakan mengenai pengenalan ATS karena

ATS adalah suatu sindroma klinik yang berbahaya dan merupakan tipe angina pektoris yang dapat berubah menjadi infark miokard ataupun kematian.
Sindroma ATS telah lama dikenal sebagai gejala awal dari infark miokard akut (IMA). Banyak penelitian melaporkan bahwa ATS merupakan risiko untuk terjadinya IMA dan kematian. Beberapa penelitian retrospektif menunjukkan bahwa 60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati mendadak pada riwayat penyakitnya mengalami gejala prodroma ATS. Sedangkan penelitian jangka panjang mendapatkan IMA terjadi pada 5-20% penderita ATS dengan tingkat kematian 14-80%. 

Proses terjadinya Angina Pectoris

Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard.
Beberapa keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun bersama- sama yaitu :

  1. Faktor di luar jantung
    Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran koroner yang terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian obat- obatan simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O
    2 miokard sehingga mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru menahun dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan tahikardi dan menurunnya suplai O2 ke miokard.

  2. Sklerotik arteri koroner
    Sebagian besar penderita ATS mempunyai gangguan cadangan aliran koroner yang menetap yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa disertai trombosis baru yang dapat memperberat penyempitan pembuluh darah koroner. Sedangkan sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran darah koroner ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner sementara akibat sumbatan maupun spasme pembuluh darah. 

    1. Agregasi trombosit
      Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya membentuk trombus dan keadaan ini akan mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.

    2. Trombosis arteri koroner
      Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang sklerotik sehingga penyempitan bertambah dan kadang-kadang terlepas menjadi mikroemboli dan menyumbat pembuluh darah yang lebih distal. Trombosis akut ini diduga berperan dalam terjadinya ATS.

    3. Pendarahan plak ateroma
      Robeknya plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah kemungkinan mendahului dan menyebabkan terbentuknya trombus yang menyebabkan penyempitan arteri koroner.

    4. Spasme arteri koroner
      Peningkatan kebutuhan O
      2 miokard dan berkurangnya aliran koroner karena spasme pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban ATS. Spame dapat terjadi pada arteri koroner normal atupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Spasme yang berulang dapat menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma, agregasi trombosit dan trombus pembuluh darah

      Jika anda tidak ingin terkena angina pektoris maka hindarilah beberapa faktor risiko yang ada hubungannya dengan proses aterosklerosis sebagai berikut :

    1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
      Umur, jenis kelamin dan riwayat penyakit dalam keluarga.

    2. Faktor risiko yang dapat diubah :
      Merokok, hiperlipidemi, hipertensi, obesitas dan DM. 


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews